Selasa, 19 Oktober 2010

Akselerasi dengan Keberbakatan


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Di dalam proses belajar mengajar secara klasikal, pada umumnya peserta didik yang digolongkan sebagai kelompok anak normal atau anak biasa, memperoleh pelayanan pendidikan yang cukup, namun tidak demikian halnya bagi peserta didik yang berada di bawah normal dan berada di atas normal.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.1 Tahun 1989 sebagai anak berkecerdasan dan berkemampuan luar biasa. Di dalam Undang-undang  no.1 Tahun 1989 khusus yang sesuai dengan kemampuan umum yang mereka miliki, bahkan peserta didik menyelesaikan pendidikannya lebih awal dari pada anak biasa.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan program percepatan belajar (akselerasi)?
2.      Apa pentingnya pendidikan pelayanan pendidikan khusus?
3.      Apa saja karekteristik keberbakatan?
4.      Bagaimana mengidentifikasi anak berbakat?
5.      Apa saja evaluasi program pendidikan anak berbakat?
  1. Tujuan
1.      Mengetahui apakah yang dimaksud dengan program percepatan belajar (akselerasi)?
2.      Mengetahui apa pentingnya pendidikan pelayanan pendidikan khusus?
3.      Mengetahui apa saja karekteristik keberbakatan?
4.      Mengetahui bagaimana mengidentifikasi anak berbakat?
5.      Mengetahui apa saja evaluasi program pendidikan anak berbakat?
BAB II
ISI

A.    Pengertian Akselerasi
Program percepatan belajar atau akselerasi, merupakan bagian kebijakan pendidikan jalur formal pada program layanan khusus peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan keberbakatan akademik istimewa. Program akaselerasi memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA. Program akselerasi dilaksanakan sebagai wujud layanan pendidikan kepada para siswa yang memiliki keunggulan komaratif agar dapat berkembang secara maksimal.
Tujuan dari program percepatan belajar sendiri adalah memaksimalkan potensi peserta didik agar terlayani dengan baik dan tidak mengalami “underachievement.”
B.     Pengertian Keberbakatan
Banyak pakar yang memberikan pengertian tentang keberbakatan menurut sudut pandang masing-masing.
Newland (1976), Gallagher (1985) dan Greenlaw macintosh (1988), (dikutip  dalam hawadi, 1993), menyatakan bahwa pengertian keberbakatan sangat bergantung dari kebutuhan masyarakat setempat.
Studi mengenai keberbakatan yang menonjol dilakukan oleh Sir francis galton (1822-1911). Menurut Galton keberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemampuan yang kuat dan unjuk kerja (whitmore, 1980).
 Satu decade setelah Galton meningga, ada satu studi yang dilakukan oleh Lewis Terman dan kawan-kawan pada tahun 1921 terhadap 1.528  anak berbakat di California. Dari hasil studinya Terman menentukan Intelegensi sebagai determinan keberbakatan. Keberbakatan dibatasi pada 1-2 % saja dari populasi disekolah, yaitu pada mereka yang memiliki IQ=140 dalam skala Simon Binet,
Pada tahun 1972 dengan mengadopsi berbagai pendapat tentang keberbakatan, Sidney P. Marlland dari United State Comition Of Education (USOE) mengusulkan satu pengertian keberbakatan yang bunyinya sebagai berikut : “ Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi professional, memiliki  kemampuan luar biasa, mampu berprestasi tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang  berdeferensiasi dan atau pelayanan program sekolah regulerer agar dapat merealisasikan kontribusi mereka bagi dirinya dan masyarakat.
Namun pengertian dari USOE (1978) ini dalam evaluasi dainggap memiliki kelemahan, salah satunya ialah kurang memasukkan factor motivasi tinggi, yang dianggap sebagai salah satu sifat terpenting dari semua anak berbakat.
Untuk program percepatan belajar, kecerdasan umum ditetapkan tidak kurang dari skor IQ = 125, dengan tambahan persyaratan yaitu kretifitas yang memadaidan pengikatan diri terhadap tugas yang tergolong baik. Jika kecerdasan umum siswa berada pada skor IQ = 140, maka tidak diperlukan 2 persyaratan tambahan tersebut.
Diperkirakan mereka yang memenuhi criteria identifikasi sebagai anak berkecerdasan dan berkemampuan luar biasa ini mencakup 3-5 % dari populasi sekolah.

C.     Pentingnya Pelayanan Pendidikan Khusus Bagi Anak Berbakat
Pelayanan pendidikan khusus anak berbakat intelektual, merupakan suatu hal penting, namun kenyataanya guru merasa lebih perlu memberikan perhatian kepada peserta didik yang tergolong lamabat belajar. Jika pelayanan pendidikan khusus tidak diberikan pada anak berbakat intelektual, maka keberbakatan yang dimiliki peserta didik tersebut akan lenyap dan terjadi beberapa gangguan psikologis.
Ada berbagai alasan tentang perlunya diberikan pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat intelektual, misalnya mereka memberi kontribusi besar pada masyarakat, memiliki  kebutuhan untuk pengaktualisasikan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin,

D.    Karekteristik Keberbakatan
Ciri-ciri keberbakatan yang digunakan di Indonesia meliputi 4 dimensi ciri yaitu :
Dimensi I : Ciri-ciri belajar
1.      Mudah menangkap pelajaran
2.      Mudah mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan
3.      Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4.      Penalaran tajam
5.      Daya konsentrasi baik
6.      Memiliki pengetahuan umum yang luas
7.      Gemar membaca
8.      Mampu mengungkapan perasaan, pikiran atau pendapat
9.      Mampu mengamati dengan cermat
10.  Mempunyai rasa ingin tau yang besar
11.  Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesa, menguji gagasandan mencapai kesimpulan yang sahih.
Dimensi II : Ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas
1.      Tekun menghadapi tugas
2.      Ulet
3.      Mampu berprestasi sendiri, tanpa dorongan lain
4.      Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan dalam kelas
5.      Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin
6.      Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa
7.      Senang dan rajin belajar dan penuh semangat
8.      Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin
9.      Dapat mempertahankan pendapatnya
10.  Menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk mencapai tujuan dikemudian hari
Dimensi III : Ciri-ciri Kreativitas
1.      Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam
2.      Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
3.      Memberikan banyak gagasan, usul terhadap suatu masalah
4.      Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
5.      Menghargai rasa keindahan
6.      Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi
7.      Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi
8.      Mempunyai rasa humor
9.      Mempunyai daya imajinasi
10.  Mampu mengajukan pemikiran yang orisinil
11.  Kelancaran dalam menghasilkan gagasan
12.  Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan
Dimensi IV : Ciri-ciri Kepemimpinan
1.      Sering dipilih menjadi pemimpin
2.      Disenangi oleh teman sekolah
3.      Dapat bekerja sama secara positif
4.      Dapat mempengaruhi orang lain
5.      Mempunyai banyak inisiatif
6.      Memiliki tanggung jawab yang besar
7.      Memiliki rasa percaya diri yang kuat
8.      Mudah menysuaikan diri terhadap situasi baru
9.      Aktif berperan serta dalam kegiatan social di sekolah
10.  Senang membantu orang lain
11.  Menyukai situasi yang mengandung tantangan
12.  Berani mengambil resiko

E.     Identifikasi Anak Berbakat Intelektual
Menurut Alexander dan Muia (1982), ada 2 cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu dengan cara :
1.      Identifikasi melalui data objektif, antara lain :
a.       Skor tes Intelegensi Individual
b.      Skor tes Intelegensi Kelompok
c.       Skor tes Prestatif
d.      Skor tes Akademik
e.       Skor tes Kreatifitas
2.      Identifikasi melalui data subyektif
a.       Ceklis perilaku
b.      Nominasi oleh guru
c.       Nominasi oleh orang tua
d.      Nominasi oleh teman sebaya
e.       Nominasi diri sendiri
Sedangkan Proses Identifikasi melalui 2 tahapan yaitu :
1.      Penjaringan
Diikuti oleh populasi siswa dari jenjang dan tingkatan tertentu dari program kegiatan anak berbakat yang dikembangkan, tahap ini menggunakan sumber informasi data objektif.
2.      Penyaringan
Adalah berasal dari 20-25 % siswa yang memiliki skor tertinggi pada tahap penjaringan. Dalam tahap ini, peserta diseleksi melalui tes psikologi yang meliputi : Tes Intelegensi Individual dan Tes Kreativitas serta sumber informasi data subyektif yang diperoleh dari berbagai sumber seperti : Guru teman sebaya dan diri sendiri

F.      Evaluasi Program Pendidikan Anak Berbakat
Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak berbakat adalah evaluasi program.
Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam evaluasi program adalah :
1.      Melihat kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam berbagai aspek
2.      Mengamati perkembangan naik turunnya prestasi siswa
3.      Mencari faktor-faktor yang menghambat dan mendukung optimasi prestasi siswa
4.      Melakukan prediksi terhadap prestasi siswa selanjutnya

Second ASEAN Workshop on Special Education yang diselenggarakan di Jakarta tahun 1982 (Utami munandar, 1992) menentukan ada 7 komponen program yang perlu dievaluasi yaitu :
1.      Sasaran belajar
2.      Prosedur Identifikasi
3.      Kurikulum
4.      Pelayanan dan saranan/prasarana
5.      Tenaga/staf
6.      Biaya
7.      Evaluasi 

BAB III
KESIMPULAN

Dengan memahami pengertian akselerasi dan keberbakatan , pentingnya pelayanan pendidikan bagi anak berbakat dan karekteristik keberbakatan pada siswa, maka diharapkan proses pembelajaran bisa lebih diarahkan untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki sebagai anak berbakat intelektual, dan berguna bagi guru tenaga pendidik, serta komponen masyarakat yang peduli pendidikan dalam menerapkan sekolah yang menjalankan program percepatan belajar (Akselerasi).







   DAFTAR PUSTAKA
Hawadi, Reni Akbar.2001. Keberbakatan Intelektual-Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar.Jakarta : Grasindo




Tidak ada komentar:

Posting Komentar