Jumat, 15 Oktober 2010

Perkembangan Kelompok


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat. Pembentukan kelompok sendiri mempunyai tahapan, dari kerumunan yang akhirnya menjadi kelompok, tetapi juga setelah menjadi kelompok dapat dimungkinkan kelompok yang sudah terbentuk menjadi bubar.
B. Rumusan Masalah
1.             Bagaimanakah tahapan terbentuknya kelompok?
2.             Faktor pengikat apa saja yang mempengaruhi terbentuknya kelompok?
3.             Indikator apa saja yang dapat mengukur tingkat perkembangan kelompok?
4.             Apa saja keunggulan dan kelemahan dalam kelompok?
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah tahapan terbentuknya kelompok?
2.      Untuk mengetahui faktor pengikat apa saja yang mempengaruhi terbentuknya kelompok?
3.      Untuk mengetahui Indikator apa saja yang dapat mengukur tingkat perkembangan kelompok?
4.      Untuk mengetahui apa saja keunggulan dan kelemahan dalam kelompok?



BAB II
PEMBAHASAN

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa berkumpulnya sejumlah orang disuatu tempat. Objek – objek tertentu, seperti pertandingan olah raga, kecelakaan lalulintas, kebakaran, merupakan peristiwa yang menarik perhatian dan mengguncang banyak orang untuk datang ke tempat peristiwa itu terjadi. Di tempat itu orang-orang yang datang itu tidak terlibat satu sama lain. Mereka datang ketempat peristiwa karena objek yang sama, sama-sama tertarik kepada apa dan bagaimana orang-orang itu bertanding olah raga, atau tertarik oleh apa dan bagaimana kecelakaan atau kebakaran itu, tetapi “kebersamaan” yang ada pada orang-orang itu yang berkumpul itu belum berkembang kebersamaan dengan “kualitas” tertentu. Pada dasarnya mereka itu satu sama lain masih sendiri-sendiri.
Berkumpulnya sejumlah orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan disebut kerumunan, sedang berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama lain membentuk hubungan disebut kelompok. Pada awalnya, sejumlah orang berkumpul membentuk kerumunan, kemudian berkembang menjadi kelompok yaitu apabila kedalam kerumunan itu dimasukkan ikatan-ikatan atau “kualitas” tertentu mengenai orang-orang yang berkumpul itu.
Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terjadi, yaitu apabila sebelum orang-orang yang bersangkutan berkumpul lebih dulu kepada mereka telah diberitahukan tujuan yang akan dicapai dan peranan masing-masing. Dengan demikian, setelah mereka berkumpul mereka tidak lagi merupakan kerumunan yang anggotanya tidak saling berkaitan, namun mengarah ke suasana kelompok yang masing-masing anggotanya mengetahui sasaran yang akan dicapai dan bertingkah laku sesuia dengan peranannya yang saling berkaitan.
Dari uraian diatas bahwa berkumpulnya sejumlah orang dapat membentuk suatu kerumunan, yaitu kalau berkumpulnya orang-orang disebabkan karena adanya suatu kejadian atau objek yang menarik perhatian mereka, sedangkan diantara orang-orang itu tidak ada saling kaitan sama sekali. Kerumunan dapat membentuk kelompok kalau terhadap orang-orang berkumpul itu berlaku hubungan atau kaitan tertentu antar orang tersebut. Kerumunan dapat berubah menjadi kelompok jika unsur-unsur hubungan antara orang-orang yang didalamnya ditingkatkan.
Sebaliknya, suatu kelompok dapat berubah menjadi kerumunan apabila unsur-unsur  pengikat antar anggota kelompok makin mengendor. Kerumunan dan kelompok dapat berubah menjadi sekadar kumpulan orang-orang belaka, yaitu jika unsur penarik perhatian (objek yang menimbulkan kerumunan) dan unsur-unsur pengikat antara orang-orang yang berkumpul (yang menimbulkan kelompok) menjadi hilang.
Sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat.
1.                  Tahapan perkembangan kelompok
1.a  Perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam kelompok. Perkembangan kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1)    Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang lain, kemudian berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2)    Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
3)    Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok
1.b  Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
1)   Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual.
2)   Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
3)    Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok).

1.c Teori Bruce W. Tuckman
Tuckman mengidentifikasikan lima tahapan untuk melihat perkembangan suatu kelompok, yaitu forming, storming, norming, performing, dan adjourning (Johnson dan Johnson, 2000).
1)   Tahapan forming merupakan suatu tahapan di mana anggota kurang yakin untuk menentukan tempatnya dalam kelompok serta prosedur dan aturan-aturan dalam kelompok.
2)    Tahapan storming, mulai timbul berbagai macam konflik karena anggota menentang pengaruh kelompok dan kurang sesuai dalam menyelesaikan berbagai macam tugas.
3)    Tahapan norming, kelompok membuat beberapa konsensus mengenai peran, struktur, dan norma yang digunakan sebagai acuan dalam berperilaku yang tepat. Dalam periode ini, komitmen dan kohesi meningkat.
4)    Tahapan performing, anggota kelompok menjadi cakap dalam kerja sama untuk pola kerja samanya.
5)    Tahapan adjourning, kelompok menjadi bubar.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang tahapan perkembangan kelompok, maka bisa disimpulkan bahwa tahap perkembangan kelompok sebagai berikut :
1)      Perkenalan
Tahap ini individu dalam proses penyesuaian dengan individu lain dalam satu kelompok maupun penyesuaian terhadap norma kelompok
2)      Melaksanakan Tugas
Tahap ini individu dengan individu lain dalam satu kelompok berusaha melaksanakan tugas dan aturan kelompok untuk mencapai tujuan bersama

3)      Pembubaran
Tahap ini ketika individu sudah merasa tidak membutuhkan lagi dalam suatu kelompok, atau sudah tercapainya tujuan bersama.
2.        Teori terbentuknya kelompok :
a.       Teori kedekatan tempat tinggal
Teori ini disebabkan oleh kedekatan ruang atau daerah. Orang-orang yang wilayahnya domisilinya secara geografis ataupun secara ruang dengan orang lain cenderung membentuk suatu kelompok.
b.      Teori keterikatan kegiatan, interaksi dan perasaan.
Menjelaskan unsur-unsur kegiatan, interaksi dan perasaan-perasaan berkaitan dengan terbentuknya suatu kelompok (Homan GC dalam sugiyarto,2009)
Menurut teori ini terdapat 3 kemungkinan keterikatan dari ketiga unsur tersebut.
1)             Semakin banyak kegiatan seseorang yang dilakukan bersama dengan orang lain (shared) maka semakin beraneka  ragamlah interaksinya sehingga semakin kuat pula tumbuhnya persaan-perasaan di antara mereka.
2)             Semakin banyak interaksi yang terjadi diantara orang-orang maka semakin banyak pula kegiatan-kegiatan dan perasaan-perasaan diantara mereka.
3)             Semakin banyak kegiatan-kegiatan yang dibagi sama (shared) dengan orang lain maka akan semakin kuatlah interaksi-interaksi yang dilakukan orang lain.
c.       Teori keseimbangan
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang tertarik pada orang lain didasarkan pada kesamaan sikap dan  nilai-nilai yang dianut dalam menanggapi tujuan bersamaan yang relevan satu sama lain.
d.      Teori Pertukaran
Menurut teori ini, interaksi dalam suatu kelompok terjadi dalam proses tukar menukar antara imbalan dan ongkos.
e.       Teori atas dasar alasan praktis
Menurut teori ini pengelompokan (pembentukan suatu kelompok) terjadi berdasarkan alasan-alasan praktis seperti alasan ekonomi, keamanan dan social lainnya.
f.       Teori kesamaan sikap
Teori ini hampir sama dengan teori keseimbangan, namun perlu ditegaskan bahwa persahabatan adalah yang paling penting bagi terbentuknya suatu kelompok, maka seseorang cenderung tidak membentuk kelompok dengan orang lain yang menganggap tugasnya sendiri lebih penting dari pada tujuan bersama.
g.      Teori saling melengkapi
Teori ini menjelaskan bahwa daya tarik untuk berinteraksi ditentukan oleh prinsip atau asas saling melengkapi. Seseorang tertarik untuk mengadakan interaksi dan membentuk kelompok bukan karena adanya kesamaan sikap tetapi justru adanya perbedaan.
3.        Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
a.       Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu
b.      Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.

4.        Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok
Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut.
a.     Kelebihan Kelompok
1)        Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain.
2)        Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan kelompok
3)        Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan norma yang telah disepakati kelompok.
b.    Kekurangan Kelompok
Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.




BAB III
KESIMPULAN

            Dalam pembentukan perkembangan  kelompok bisa terjadi secara sengaja dan tidak sengaja, secara sengaja maksudnya kelompok terbentuk melalui kesepakatan bersama sebelumnya dalam mencapai tujuan, sedangkan yang tidak disengaja maksudnya kelompok terbentuk dari sekumpulan orang kemudian kerumunan orang dan menjadi sebuah kelompok, bahkan sampai kelompok itu menjadi bubar  yang tentunya didukung oleh faktor pengikat kelompok. Setelah itu kita bisa melihat indikator tingkat perkembangan sebuah kelompok, yakni adaptasi dan tujuan. Kemudian yang terakhir kelebihan dan kekurangan dalam sebuah kelompok dalam kegiatannya.

 
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno.1995.Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).
Jakarta : Ghalia Indonesia
Sugiyarta.2009.Dinamika kelompok dan Kepemimpinan.Semarang : Unnes Press
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/dinamika-kelompok










Perbedaan Bimbingan Kelompok dengan Konseling kelompok


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
            Panduan pengembangan diri dikeluarkan oleh Depdiknas (2005) yang merupakan pedoman pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Panduan pengembangan diri dikeluarkan bersamaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pola pelayanan dalam panduan pengembangan diri ini dikenal dengan Pola 17 Plus. Dalam pola ini terdapat layanan yang berbentuk kelompok dengan dinamika kelompoknya. Layanan tersebut yaitu bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Dalam pendidikan kegiatan layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok melibatkan siswa. Penggunaan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok didasarkan pada siswa selain makhluk individu juga termasuk makhluk social, artinya perlu melakukan komunikasi, kerjasama, interaksi terhadap orang lain. Selain itu kesuksesan dapat dikur berdasarkan team work dimana membutuhkan dinamika kelompok yang baik.
            Bimbingan kelompok dan konseling kelompok bagi masyarakat awam dipandang sebagai kegiatan kelompok biasa atau identik dengan rapat ataupun diskusi. Padahal bimbingan dan konseling kelompok tidak demikian, tetapi dalam bimbingan kelompok dan konseling kelompok memiliki unsure-unsur dan aspek-aspek yang membedakan antara keduanya. Sebagai konselor yang professional harus bisa membnadingkan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Akan tetapi, dalam makalah ini sebelum perbandingan bimbingan kelompok dan konseling kelompok disajikan dulu mengenai pengertian bimbingan kelompok dan konseling kelompok, sehingga dapat lebih dimengerti.





B.       Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian bimbingan kelompok dan konseling kelompok?
  2. Bagaimana perbandingan bimbingan kelompok dan konseling kelompok?

C.      Tujuan
1.      Mendeskripsikan pengertian bimbingan kelompok dan konseling kelompok
2.      Memaparkan perbandingan bimbingan kelompok dan konseling kelompok

 BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok
            Menurut Nurihsan (2003:31) bahwa bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok adalah kegiatan pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota kelompok ( Prayitno dan Amti 2004:310). Bimbingan kelompok adalah salah satu kegiatan dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih social atau untuki membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Wibowo 2005:17). Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti 2005:565). Menurut Sunawan (2009:13), bimbingan kelompok yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan social, kegiatan belajar, karir/jabatan dan pengambilan keputusan serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok
            Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan layanan yang bersifat membantu dalam situasi kelompok dengan tujuan mengoptimalkan siswa dengan menggunakan dinamika kelompok.
            Menurut Nurihsan (2003:32) bahwa konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok (Prayitno dan Amti 2004:311). Konseling kelompok merupakan suatu proses yang mana konselor terlibat dalam hubungan dengan sejumlah klien pada waktu yang sama (Wibowo 2005:18). Konseling kelompok merupakan wawancara konseling antara konselor professional yang tergabung dalam suatu kelompok kecil (Winkel dan Hastuti 2005:549). Menurut Sunawan (2009:13), konseling kelompok yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
            Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan suatu kegiatan layanan proses pemberian bantuan yang diberikan konselor kepada beberapa orang dalam situasi kelompok yang bertujuan untuk pembahasan dan pengentasan masalah melalui dinamika kelompok.
B.       Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok
1.    Kandungan Unsur-Unsur Kelompok
            Sebagai kegiatan kelompok, bimbingan kelompok dan konseling kelompok secara penuh mengandung empat unsur utama kehidupan kelompok yaitu tujuan kelompok, anggota kelompok, pemimpin kelompok, dan aturan kelompok. Tujuan bersama yang ingin dicapai oleh kedua kelompok adalah pengembangan pribadi semua peserta dan peralihan-peralihan lainnya melalui perubahan dan pendalaman topic umum (khusus untuk bimbingan kelompok) atau masalah pribadi peserta (khusus untuk konseling kelompok).
            Para anggota kelompok adalah seluruh peserta kelompok masing-masing yang melibatkan diri dalam kegiatan itu. Pemimpin kelompok adalah orang yang bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan masing-masing kelompok itu (Konselor). Aturan kelompok adalah berbagai ketentuan yang hendaknya dijalankan dan dipatuhi oleh semua anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Aturan didasarkan pada asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan dan kenormatifan.
2.    Aspek-Aspek Pelaksanaan Kegiatan
            Aspek-aspek kegiatan dalam bimbingan kelompok dan konseling dapat diindentifikasi, yaitu tujuan kegiatan, jumlah anggota dan karakteristik serta homogenitasnya, format kegiatan, peranan anggota kelompok suasana interaksi, sifat isi pembicaraan, evaluasi dan pelaksanaannya.  Dalam bimbingan kelompok terdapat peerbedaan antara pengertian lama dan baru, tetapi konselor diharapkan lebih mengutamakan pengertiannya yang baru karena pengertian bimbingan kelomppok yang lama sudah digantikan oleh layanan informasi. Perbedaan dalam aspek-aspek kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dapat dilihat pada matriks berikut.
Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

No

Aspek
Bimbingan Kelompok

Konseling Kelompok
Lama
Baru
1
Tujuan yang dicapai
Penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas
1.    Pengembangan pribadi
2.    Pembahasan masalah atau topik-topik umum secara luas dan mendalam yang bermnanfaat bagi para anggota kelompok
1.    Pengembangan pribadi
2.    Pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok
2
Jumlah anggota
Tidak terlalu dibatasi: dapat sampai 60-80 orang
Dibatasi 10-15 orang
Dibatasi sampai sekitar 10 orang
3
Kondisi dan karakteristik anggota
Relatif homogen
Homogen
Homogen
4
Format Kegiatan
Klasikal atau lebih luas
Kelompok kecil
Kelompok kecil
5
Peranan anggota kelompok
Menerima informasi untuk kegunaan tertentu
Aktif membahas permaslahan atau topik umum tertentu yang hasil pembahsannya itu berguna bagi para anggota kelompok :
1.    Berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi social
2.    Menyumbang bagi pembahasan masalah
3.    Menyerap berbagai informasi untuk diri sendiri
Aktif membahas permasalahan tertentu (masalah pribadi) dalam membantu memecahkan masalah kawan sekelompok:
1.    Berpartisipasi aktif dalam dinamika interaksi social
2.    Menyumbang bagi pemecahan masalah pribadi kawan sekelompok
3.    Menyerap berbagai informasi, saran, dan berbagai alternatif un tuk memecahkan masalahnya sendiri


6
Suasana interaksi
1.    Monolog atau dialog terbatas
2.    Dangkal

1.    Interaksi multi arah
2.    Mendalam dengan melibatkan aspek kognitif
1.    Interakasi multi arah
2.    Mendalam dan tuntas dengan melibatkan aspek kognitif, afektif dan aspek-aspek kepribadian lainnya
7
Sifat isi pembicaraan
1.    Umum
2.    Tidak rahasia
1.    Umum
2.    Tidak rahasia
1.    Pribadi
2.    rahasia
8
Lama dan frekuensi kegiatan
Kegiatan berakhir apabila informasi telah disampaikan
Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat perubahan dan pendalaman masalah /topik
Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat pendalaman dan penuntasan pemecahan masalah
9
Evaluasi
Dapat tanpa evaluasi
1.    evaluasi proses : keterlibatan anggota
2.    evaluasi isi: kedalaman pembahasan
3.    evaluasi dampak: pemahaman dan dampak kegiatan terhadap anggota
1.    evaluasi proses: keterlibatan anggota
2.    evaluasi isi: kedalaman dan ketuntasan pembahasan
3.    evaluasi dampak: sejauh mana anggota yang masalah pribadinya dibahas merasa mendapatkan alternatif pemecahan masalahnya.
10
Pelaksana
Guru pembimbing atau nara sumber lain
konselor
Konselor
Sumber Prayitno (1995: 70-71)

            Dari matriks di atas maka ada beberapa aspek yang membutuhkan penjelasan. Dalam kondisi dan karakteristik anggota  dalam bimbingan kelompok lama yaitu relative homogen sedangkan dalam bimbingan kelompok yang baru dan konseling kelompok menyatakan homogen. Relative homogen dalam bimbingan kelompok yang lama, disini bahwa relatif sama aspek kondisi dan karekteristik anggota bimbingan kelompok ,disini dikatakan “relatif” karena dalam pelaksanaan bimbingan kelompok lsama dilaksanakan bisa tidak homogen meski sedikit ketidakhomogenitasnya. Bimbingan Kelompok baru bersifat homogen, homogen disini artinya secara pelaksanaan  bimbingan kelompok dilaksanakan sama kondisi dan karekteristik anggotanya dalam membahas masalah umum. Misal masalah : Jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan yang sama. Dalam konseling kelompok bersifat homogen, artinya bahwa pelaksanaan konseling kelompok kondisi dan karekteristik anggotanya sama dalam membahas masalah pribadi anggota kelompok.
            Format kegiatan dalam bimbingan kelompok lama berbentuk klasikal, bimbingan kelompok baru berbentuk kelompok kecil serta konseling kelompok berbentuk kelompok kecil. Klasikal dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dilakukan secara satu kelas kepada siswa atau lebih banyak lagi anggota kelompok. Bimbingan kelompok baru berbentuk kelompok kecil maksudnya,  bimbingan kelompok dilaksanakan kelompok kecil yang didalamnya  ada dinamika kelompok agar lebih efektif. Dalam konseling kelompok format kegiatannya berupa kelompok kecil   yang didalmnya ada dinamika kelompok dalam pembahasan masalah pribadi anggota kelompok.
3.    Isi Kegiatan
            Perbedaan antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok dapat dilihat dari isi kegiatan masing-masing. Dalam layanan bimbingan kelompok maupun konseling kelompok dapat dilihat pada masalah-masalah atau topic-topik yang menjadi pembahasan, baik dari segi datangnya maupun sifat masalah atau topik tersebut jika dihubungkan dengan para peserta kegiatan.
            Dari segi datangnya masalah atau topic dikenal adanya topic tugas dan topic bebas. Topic tugas yaitu topic atau masalah yang datangnya dari pemimpin kelompok yang ditugaskan kepada para peserta untuk membahasnya. Sedangkan topic bebas adalah topic atau masalah yang muncul atau dikemukakan secara bebas oleh para peserta masing-masing.
4.    Tahap Kegiatan
            Antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok dapat dibedakan berkenaan dengan tahap-tahap pelaksanaannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada bagan dibawah ini. 

Persamaan dan Perbedaan Pelaksanaan Tahap-Tahap Kegiatan dalam Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok


Bimbingan kelompok maupun konseling kelompok, pelaksanaan tahap I dan tahap II pada dasarnya sama. Perbedaannya hanya terletak pada :
  1. Tahap I
1)      Penjelasan tentang pengertian dan tujuan bimbingan kelompok atau konseling kelompok
2)      Penjelasan tentang cara kerja, khususnya yang menyangkut sifat masalah atau topic, umum atau pribadi. 


  1. Tahap II
1)      Penjelasan asal datangnya masalah atau topic, bebas atau tugas (untuk bimbingan kelompok) atau bebas (untuk konseling kelompok)
2)      Ajakan untuk mengemukakan masalah umum secara bebas (untuk bimbingan kelompok) atau masalah pribadi secara bebas (untuk konseling kelompok)
3)      Penjelasan tentang masalah atau topic “tugas” (khusus untuk bimbingan kelompok)
4)      Ajakan untuk membahas, mendalami dan memecahkan masalah atau topic umum (untuk bimbingan kelompok) atau masalah pribadi (untuk konseling kelompok)
  1. Tahap I dan II
Khusus untuk kegiatan konseling kelompok diperlukan penjelasan, penegasan, dan pemantapan tentang asas kerahasiaan. Perbedaan yang lebih terlihat pada kegiatan yaitu pada tahap ketiga yang merupakan tahap inti dari seluruh kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok karena menampilkan jati dirinya.
Pada tahap ketiga:
a.       Bimbingan Kelompok
1)      Pokok bahasan: masalah atau topic ummum, baik yang bersifat bebas atau tugas
2)      Para peserta melakukan pembahasan tanpa secara khusus menyangkutpautkan isi pembicaraannya itu kepada peserta tertentu.
b.      Konseling Kelompok
1)      Pokok bahasan: masalah pribadi yang bersifat bebas
2)      Para peserta melakukan pembahasan yang bertujuan untuk membantu pemecahan masalah yang dialami teman sekelompoknya.
Pada tahap keempat, yaitu tahap pengakhiran pada dasarnya sama antara bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Perbedaan hanya terletak pada isi kesan-kesan para peserta yaitu sesuai dengan pokok bahasan yang diselenggarakan.
BAB III
PENUTUP


A.      Simpulan
            Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan layanan yang bersifat membantu dalam situasi kelompok dengan tujuan mengoptimalkan siswa dengan menggunakan dinamika kelompok. Sedangkan konseling kelompok merupakan suatu kegiatan layanan proses pemberian bantuan yang diberikan konselor kepada beberapa orang dalam situasi kelompok yang bertujuan untuk pembahasan dan pengentasan masalah melalui dinamika kelompok.
            Perbedaan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dapat dilihat berdasarkan kandungan unsur-unsur kelompok, aspek-aspek pelaksanaan kegiatan, isi kegiatan dan tahap kegiatan. Usur-unsur kelompok meliputi tujuan kelompok, anggota kelompok, pemimpin kelompok dan aturan kelompok. Aspek-aspek pelaksanaan kegiatan meliputi tujuan yang dicapai, jumlah anggota, kondisi dan karakteristik anggota, format kegiatan, peranan anggota kelompok, suasana interaksi, sifat isi pembicaraan, lama dan frekuensi kegiatan, evaluasi dan pelaksana. Tahap kegiatan meliputi tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran.
B.       Saran
            Setelah kita membahas mengenai pengertian dan perbandingan bimbingan kelompok dan konseling kelompok maka dapat disarankan:
1.      Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian bimbingan kelompok dan konseling kelompok dengan baik dan tepat.
2.      Mahasiswa dapat membandingkan bimbingan kelompok dan konseling kelompok dengan lebih teliti.
3.      Mahasiswa dapat memahami konsep tersebut agar bisa mempraktikkan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA


Nurihsan, Juntika. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia Indonesia.

Prayino dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunawan. 2009. Bimbingan Konseling Belajar. Semarang: UNNES

Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.

Winkel, WS. dan Sri Hastuti. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogjakarta: Media Abadi.